Aku mencoba bertanya pada beberapa orang teman, " apakah tujuan hidupmu? Apakah mencari ketenangan, kekayaan, kedamaian, kekuasaan, ketenaran atau yang lainnya?."
Ternyata jawaban mereka bervariasi, ada yang menjawab kekuasaan, ketenangan, kekayaan, dsb., disertai dengan alasan-alasan tersendiri. Lalu aku bertanya lagi, "apakah semua itu sudah dapat diraih, dicapai atau dirasakan?." Hampir semuanya menjawab "BELUM".
"Kenapa?" tanyaku.
"Karena terkadang atau seolah-olah tujuan hidup itu sudah diraih namun kemudian hilang lagi", ucap mereka.
Aku pun tersenyum. Berarti itu bukanlah tujuan hidup yang di cari sesungguhnya. Sebab jika itu tujuan hidupmu dan anda merasa sudah mendapatkannya maka anda tidak akan pernah kehilangan lagi.
Aku bertanya lagi, "untuk meraih tujuan hidupmu, apakah engaku tahu jalannya? Jika di ibaratkan ingin menuju kesuatu tempat maka kita terlebih dahulu harus tahu jalan mana yang akan ditempuh." Mereka menjawab tidak tahu dengan menggelengkan kepala.
Lalu mereka balik bertanya kepadaku, "lalu apa tujuan hidupmu?
Aku menjawab dengan senyuman. Kemudian…., aku mulai membimbing mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan menghantarkan mereka untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan hidup manusia itu.
Aku katakan kepada mereka, bahwa Tujuan Hidupku adalah mencari TUHAN. Sebab, jika sudah menemukan Tuhan, maka dunia akan berada dalam genggaman tangan. Ketenangan, kebahagiaan, kekayaan, dsb akan dengan mudah diraih. Yakinlah.
1. Siapa Tuhanmu? Ada yang menjawab Allah SWT, Yesus, Sidartha Gautama, Sang Hyang Widi, dsb. Aku ulangi pertanyaanku, Siapa Tuhanmu? Bukan Siapa Nama Tuhanmu? Yang kalian jawab adalah nama Tuhan kalian. Mereka terdiam. Aku katakan satu hal kepada mereka, bahwa untuk mengetahui siapa Tuhanmu, maka engkau harus mengetahui terlebih dahulu siapa dirimu sebenarnya. Seperti dalam sebuah hadist, "Kenalilah dirimu, maka kau akan mengenal siapa Tuhanmu".
2. Siapa Dirimu sebenarnya? Mereka semuanya terdiam. Tidak ada satu pun yang tahu siapa diri mereka sebenarnya. Baiklah.., aku akan bertanya beberapa hal tentang kamu. Sehingga akhirnya kalian bisa mengenai diri kalian dan apa hakikat sebenarnya manusia itu.
3. Siapa yang memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga kalian bisa berpikir, menganalisa dan mengambil sebuah keputusan?
"Guru," jawab mereka. Aku menggelengkan kepala. "Bukan, Dia-lah Tuhan."
Dia yang mengajarkan kepadamu tentang suatu ilmu dan memberikanmu pengetahuan sehingga manusia memiliki kemampuan tertentu. Lalu…, apa hakikat dibalik semua itu. Sadarilah bahwa sesungguhnya manusia itu BODOH.
Apakah kalian percaya? Kalian harus percaya. Tidak sedikit manusia yang mengetahui tentang suatu kebenaran namun tetap melanggarnya dan sebaliknya. Itu menunjukan kebodohan dari manusia.
4. Apa yang kamu bawa ketika lahir dan ketika mati?
"Tidak ada."
Benar. Ketika lahir anak manusia hanya membawa tangisan. Dan ketika mati dia hanya membawa amal dan kain putih saja. Artinya, hakikat manusia yang kedua adalah MISKIN / FAKIR. Lalu…., pantaskan manusia sombong dengan kekayaan yang dimilikinya? Jawabnya tentu tidak. Semua itu hanyalah titipan. Ingatlah hal itu. Jangan pernah menyayangi sesuatu terlalu berlebihan. Sebab jika suatu saat nanti Dzat yang Maha Memiliki segala sesuatu itu mengambilnya dari kita maka kita tidak akan merasa terlalu kehilangan. Karena kita sudah menyadari bahwa yang kita miliki itu sesungguhnya hanyalah titipan-Nya semata.
5. Siapa yang telah memberimu kekuatan untuk melakukan sesuatu atau bergerak? Dialah Tuhan. Tanpa kuasa dan kehendak-Nya niscaya manusia tidak akan mampu untuk mengedipkan matanya. Lalu…, pantaskah manusia sombong karena merasa telah memiliki kekuasaan dan kekuatan tertentu? Jawabnya tentu saja tidak. Hakikat manusia yang ketiga adalah LEMAH TAK BERDAYA.
6. Pernahkah kamu memberi peringatan atau sekedar nasihat kepada sesamamu? Jika pernah, maka itu bagus. Terlepas apakah orang yang kita nasihati itu mau mendengar atau tidak. Tapi jika belum, maka sesungguhnya kita itu rugi. Dalam Surat Al-Ashr ayat 3, dijelaskan bahwa manusia dianjurkan untuk saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan dalam kesabaran. Lalu…., apa hakikat manusia yang keempat? Ialah MERUGI, kecuali mereka-mereka yang saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Aku bertanya kepada teman-temanku. "Bisakah kalian mencerna dan merenungi penjelasanku tadi."
"Iya," jawab mereka.
Dengan begitu kalian sudah mengetahui apa hakikat manusia sebenarnya. Dan aku berharap kalian bisa menyadari dan merenunginya sehingga kalian tahu siapa diri kalian sesungguhnya. Sebab, jika kalian sudah mengetahui hakikat diri kalian sebenarnya maka kalian pun akan mengetahui Siapa Tuhanmu. Dialah Dzat yang telah memberikan kita Hidup dan Kehidupan ini.
Sebagai bahan renungan bagi kita semua.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar