“Sesunggunya Allah tidak akan merubah suatu kaum,
kecuali mereka sendiri yang berusaha merubahnya“.
Kita salut kepada seorang pemuda yang tekun beribadah dan gigih bekerja. Ia manfaatkan waktu luangnya untuk sesuatu yang berfaedah dan menjaga waktu luang dan kesempatan dari perkara yang percuma. Kita kagum kepada seorang ibu yang mati-matian gigih merawat putranya dengan riski halal saja di tengah-tengah kesulitan ekonomi yang menghimpitnya. Ia tidak mau buah hatinya menelan harta haram. Ia tidak mau putranya hidup dan tumbuh besar dengan disuapi harta haram. Karena itu, ia rela melakukan pekerjaan apa saja asal halal demi buaian hatinya.
Kita akan salut pada seorang guru yang gigih, istiqomah, sabar, lembut, dan arif bijaksana dalam mengajar murid-muridnya. Merupakan kebanggaan yang tiada ternilai jika murid yang di ajarnya menjadi orang yang berbakti dan berguna bagi nusa dan bangsa. Kita akan salut pada pasukan yang berani mati di medan peperangan, walau pun musuh yang di hadapi jumlahnya jauh lebih banyak.
Kita akan salut pada pemimpin yang jujur, sederhana, bijak, sopan santun kepada bawahannya dan berjuang siang-malam demi kebaikan bawahannya. Kita akan kagum pada pedagang yang jujur dan ramah pelayanannya terhadap para pelanggan. Kita akan salut terhadap seorang pelajar yang gigih berjuang untuk memberantas kebodohan, hingga semua waktu, tenaga, dan pikirannya hanya untuk belajar. Intinya, kita kan salut kepada mereka yang memiliki ketangguhan hati dalam hidup. Allah sangat menyukai orang yang gigih dan tangguh dalam menghadapi ujian hidup.
Tetapi di sisi lain kita juga menjumpai mereka yang berhati rapuh dan lemah. Minder, mengalah, putus asa sebelum mencoba, malas, mudah patah semangat, dan tidak berani beresiko. Seorang pemuda putus bercinta, fustrasi dan ahirnya bunuh diri. Seorang pekerja –karena kesalahan diri- mendapat teguran dan nasehat dari pimpinannya, ia menjadi patah semangat. Seorang ayah di PHK, menjadi depresi hingga meminum minuman keras. Seorang pejabat yang banyak saingan, ia menjadi kalut takut kedudukannya tergusur, sehingga ia lemah hati dan memutuskan untuk meminta bantuan kepada para normal. Seorang pemuda yang gagal melamar pekerjaan, ia menjadi malas dan tidak semangat untuk berkarir.
Mereka adalah sosok yang berhati rapuh dan lemah. Merekalah yang akan mengalami kegagalan dalam mengarumi gelombang kehidupan. Mereka pula yang akan tergilas badai dan ujian hidup. Allah benci kepada mereka yang berkecil hati dan berhati rapuh. Kegelisahan dan kerisauan akan menyelimuti orang yang berhati rapuh. Hati yang rapuh dan lemah menunjukkan hati yang lemah keimanannya kepada Allah.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita termasuk orang yang berhati gigih atau orang yang berhati rapuh? Ketahuilah! Di balik manusia yang tangguh dan gigih biasanya banyak manusia yang rapuh. Orang yang berhati rapuh di hadapkan masalah yang sepele saja ia akan goyah. Lihat saja, ada yang karena cinta tidak terbalas, bunuh diri. Ada yang karena tidak disapa tetangga, ia panas dingin dan sakit hati. Ada yang karena di hina saja, ia sakit dan dendam kesumat merasa harga dirinya di injak-injak. Karena itu, mulai sekarang kita harus memiliki keberanian untuk mengevaluasi diri. Koreksi, introspeksi, temukan penyebab dan solusinya, lalu perbaiki diri. Di mana letak kekurangan dan kelemahan kita? Kegagalan, permasalahan, keresahan, dan penyesalan sebenarnya kita sendiri yang mengundangnya, karena kita tidak berani mengevaluasi kekurangan diri. Sekarang, apakah kita termasuk orang yang bermental tangguh atau sebaliknya? Kalau sudah mengenali diri, kita harus memiliki program untuk membangun ketangguhan diri dengan memperteguh hati.
Di suatu acara televisi ada kontes ketahanan fisik untuk memilih manusia terkuat. Mereka harus berlari puluhan kilometer, berenang di laut yang bergelombang, menggayuh sepeda di medan yang menanjak, mengarungi kubangan lumpur, dan melalui beberapa rintangan yang sulit dilampaui. Dalam lomba tersebut terlihat ada orang yang semangatnya kuat, tetapi fisiknya lemah. Ahirnya ia pun gugur. Ada yang semangat dan fisiknya lemah, maka ia tersisihkan dari peserta yang lain. Ada yang terlihat fisiknya kuat, tetapi semangatnya lemah, ia pun berahir dengan kegagalan. Ada yang semangatnya dan fisiknya sama-sama kuat, tangguh dan gigih. Mereka inilah yang ahirnya keluar menjadi pemenangnya.
Ternyata ketangguhan dan keteguhan hati seseorang akan terlihat setelah ia mengarungi medan ujian. Semakin berat medan ujiannya, maka semakin terlihat pula ketangguhannya.
Hidup sejatinya adalah medan perjuangan sekaligus medan ujian yang berat. Yang akan keluar sebagai pemenang hanya mereka yang berhati tangguh. Mereka yang mampu melewati setiap rintangan dan kesulitan dengan baik. Allah akan memberikan kemudahan sesudah kesulitan itu dilalui dengan sabar dan shalat. Dalam al-qur’an Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 155-156 yang artinya:
“Dan sungguh akan Kami beri cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar., (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Ketangguhan hakiki tidak terlihat pada kekuatan fisik (walau pun ini penting), tetapi akan terlihat dari keimanannya yang kuat. Manusia yang tertangguh adalah manusia yang paling taqwa dan kuat imannya. Boleh jadi tubuh lemah, rapuh, bahkan lumpuh, tetapi kalau ia memiliki ketangguhan iman, maka kelemahan fisik akan tertutupi. Orang yang kuat imannya akan gigih dan tangguh menghadapi cobaan hidup. Kesulitan apa pun yang menimpanya, tidak sedikit pun ia berpaling dari Allah. Justru ia semakin dekat dengan Allah. Karena semua kesuliatan dan ujian hidup berasal dari Allah, maka ia sandarkan dan gantungkan diri pada pertolongan dan kehendak Allah. Ia sadar bahwa kesulitan dan ujian hidup harus di hadapi dengan sabar dan sepenuh hati. Ia yakin bahwa kesulitan itu takaranya sesuai dengan ukuran manusia dan kesulitan itu ada ujungnya dan pasti segera berlalu. Karena tidak ada kesulitan dan ujian yang langgeng. Ada kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap kesulitan akan diliputi kemudahan. Setiap kemudahan diliputi dengan kesulitan. Itu sama halnya dengan tiap kesenangan diiringi dengan kesedihan dan kesedihan diiringi dengan kesenangan. Ia yakin bahwa di balik kesulitan itu tersimpan banyak hikmah dan pelajaran hidup. Orang akan tangguh dan teguh hatinya saat ditimpa musibah, jika hatinya mantap yakin akan pertolongan dan kekuasaan Allah. Iman dan tawakal yang sebenarnya yang membuat hati menjadi tangguh dan teguh.
Di ceritakan bahwa ada seorang yang shaleh dan alim yang bernama Abdul Kadir Bin Abdul Aziz. Ia adalah seorang shaleh yang wara’. Ia pernah bertanya kepada Imam Syafi’I r.a. tentang masalah wara’. Dan Imam syafi’i amat senang akan kedatangannya karena wara’nya. Pada suatu hari ia bertanya kepada Imam Syafi’I r.a.
Abdul Kadir bertanya:
“Manakah yang lebih utama antara sabar sewaktu di uji atau di beri keteguhan hati?”. Imam Syafi’i menjawab: “Di beri keteguhan hati adalah derajat para nabi a.s. dan tidak ada keteguhan hati kecuali sesudah di uji. Karena itu, jika di uji maka bersabarlah!. Apabila sudah bisa bersabar, maka teguhlah hati. Tidaklah engkau melihat bahwa Allah SWT menguiji Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Ayub a.s., dan Nabi Sulaiman a.s. kemudian Allah SWT memberikan keteguhan hati? Itu semua derajat yang paling utama. (Nasehat 125 Ulama Besar, h.148).
Ada orang yang berkata:
“Tidak ada yang aku miliki kecuali rasa optimis dan terus berusaha, karena segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya. Oleh karena itu, aku terus berusaha dengan penuh kesabaran dan mengharap kepada-Nya, agar Dia berkehendak dan menentukan keputusan yang terbaik buat aku. Dengan menyadari bahwa segalanya terjadi atas kehendak-Nya inilah, aku menjadi tabah dan tegar menghadapi segala ujian hidup yang berat. Dengan ijin dan pertolongan-Nya, aku dapat melalui semua kesulitan dan ujian itu”.
Dalam dialog di atas dapat kita pahami bahwa keteguhan hati merupakan karunia Allah yang besar, yang diperuntukan pada orang yang sabar saat di uji dan menyerahkan segala keputusannya kepada Allah. Setiap para nabi a.s. diberi keteguhan hati setelah mereka di uji oleh Allah dengan berbagai ujian yang sangat berat. Mereka selalu memohon pertolongan kepada Allah, setiap ujian menerpa mereka. Hati mereka sabar dan tetap bersandar kepada rahmat dan ridha Allah, hingga Allah menurunkan pertolongan-Nya kepada mereka. Karena itu, jadikan diri menjadi manusia tangguh dengan bersabar dan dengan tetap bergantung pada pertolongan Allah. Allah akan mengangkat derajat orang yang memiliki keteguhan hati. Allah akan selalu bersama orang yang hatinya terus bergantung kepada kebesaran dan pertolongan Allah SWT. Semoga kita semua diberikan oleh Allah hati yang sabar, tabah, tangguh, tulus, gigih, istiqomah, dan lapang dada dalam menjalani ujian hidup.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar